Nasi Blawong Warisan Keraton Yogyakarta
Indonesia kaya akan warisan kulinernya salah satunya berasal dari kuliner ningrat Yogyakarta, sego Blawong yang hanya dapat dicicipi oleh raja-raja keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Nasi blawong sendiri merupakan hidangan maincourse berupa nasi yang disajikan bersama dengan lauk pauk. Nasinya sendiri bukan sekedar nasi putih biasa melainkan nasi yang diolah dengan berbagai rempah-rempah sehingga menyebabkan ketika telah matang ia sedikit berwarna merah muda. Selain itu nasi rempah itu pun disajikan dengan beragam lauk seperti lombok kethok alias daging sapi yang dibumbu kecap dan cabai, ayam goreng, bacem, serta telur pindang.
Untuk rasanya, aroma nasinya mirip dengan nasi uduk atau nasi gurih yang biasa dipakai dalam berbagai acara selamatan. Namun untuk warnanya agak kemerahan. Ini terjadi karena kabarnya ada penambahan warna dari kulit bawang merah. Sehingga memberi sensasi warna dan aroma yang khas.
Dikutip dari Wonogiripikiranrakyat.com, di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Keraton Yogyakarta), nasi blawong menjadi salah satu jenis sajian khusus yang tidak semua orang bisa menikmatinya. Sebab menu yang satu ini memang salah satu menu rahasia Keraton Yogyakarta, yang tetap dijaga kerahasiaan resepnya.
Sejak zaman raja-raja terdahulu nasi blawong tetap dijaga kelestarian dan adat tradisinya. Karena dipandang sakral dan istimewa, dipandang istimewa karena nasi ini hanya disajikan untuk para raja pada hari-hari tertentu saja. Sehingga tidak setiap saat bisa menikmatinya.
Dan ‘aturan’ inipun berlaku juga untuk para raja. Artinya, meski berstatus sebagai raja, para sultan yang memimpin Keraton Yogyakarta, juga tidak bisa menikmati nasi ini setiap saat.
Di lingkungan keraton, nasi blawong memang mejadi salah satu media ritual para raja. Sehingga makna dari nasi ini tidak hanya sekadar sebuah hidangan melainkan juga sebagai media yang serat akan makna istimewa didalamnya karena itulah, nasi ini tidak bisa disajikan sembarangan, apalagi dinikmati oleh orang biasa.
Nasi blawong diyakini terkait dengan daya kawijayan yang membuat para raja yang menikmatinya senantiasa memiliki kejayaan, dalam masa kepemimpinannya. Selain itu diyakini bahwa barang siapa bisa mencicipi nasi blawong yang disajikan pada acara syukuran tersebut, maka hidupnya akan berlimpah berkah.
Menu ini biasanya hanya akan disajikan pada saat peringatan hari kelahiran raja atau dibeberapa acara yang sifatnya ritual khusus. Yang mana pada saat peringatan hari kelahiran itu akan diikuti dengan serangkaian prosesi ritual dari raja tersebut.
Nasi blawong ini disajikan dalam wadah pusaka bernama Kanjeng Nyai Blawong yang berupa piring besar.
Oleh karena itu konon katanya dinamai nasi blawong karena cara penyajiannya, dimana blawong sendiri diambil dari nama piring khusus yang dipakai sebagai wadah dalam penyajiannya, yakni Kanjeng Kyai Blawong.
Hal ini menunjukkan kalau raja memang memberikan pandangan yang istimewa pada benda ini, sebagaimana benda-benda lain yang menjadi pusaka keraton. Karena piring ini memang hanya dipakai untuk menyajikan nasi blawong, bukan yang lain. Itulah mengapa nasi blawong memiliki pamor eksklusif karena mulai dari komponen, makna, hingga cara penyajiannya pun semuanya istimewa.
Di tengah berbagai keistimewaan yang melekat pada sajian ini, kini nasi blawong sudah bisa dinikmati oleh masyarakat umum.
Namun demikian tidak semua rumah makan bisa menyediakan sajian ini, karena resep otentik nasi blawong memang hanya diketahui oleh kalangan keluarga keraton saja. Tujuan resep nasi ini tetap dijaga kerahasiaannya yakni untuk menjaga eksklusifitasnya sebagai makanan khusus para raja karena sejak dahulu kita tau bahwa image yang dibagun dari nasi blawong adalah sebagai makanan khusus untuk para raja sehingga tetap ingin dijaga kelestariannya seperti demikian.
Kini nasi blawong memang telah bisa dinikmati setiap saat. Namun demikian, peredarannya tetap terbatas, dan hanya restoran milik adik Sri Sultan Hamengku Buwono X saja yang menyajikannya.
Sebab tidak semua orang atau kerabat keraton bisa mengetahui resep rahasia untuk membuat makanan ini.
Namun, bagi masyarakat umum yang ingin mencicipi kelezatan nasi blawong yang memilikivrasa otentik dan penasaran dengan rasa nasi yang disajikan untuk para raja tidak perlu risau karena kini kita bisa betandang ke sebuah restoran milik istri salah satu adik Sultan Hamengku Buwono X, yakni BRAy. Hj. Nuraida Joyokusumo.
Kebetulan BRAy. Hj. Nuraida Joyokusumo sendiri adalah salah satu menantu kesayangan dari mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Ia membuat sebuah rumah makan yang dinamai Gadri Resto, tujuannya untuk melestarikan warisan kuliner nusantara, terutama keraton dengan menyajikan menu-menu khas keraton, yang tidak bisa ditemui di restoran lain.
Beberapa menu khas di Gadri Resto adalah Nasi Blawong yang merupakan suguhan pada sat ulang tahun HB I - HB X. Di sini juga ada menu penutup yang juga menjadi kegemeran raja-raja di Keraton Yogyakarta, seperti Manuk Nom yang terbuat dari tape ketan ijo, susu cair, telor, kemudian disajikan bersama emping mlinjo, sebagai pelengkap.Ă‚ Sedang minuman kesukaan HB IX adalah setup jambu dan bir jawa
Komentar
Posting Komentar