Minuman Tradisional yang Berkhasiat Menghangatkan Tubuh
Minuman tradisional jadi salah satu warisan budaya yang memiliki nilai manfaat yang sangat tinggi. Dengan menggunakan bahan-bahan alami, terdapat banyak khasiat di dalam setiap gelas atau cangkir minuman tersebut.
Selain untuk menghilangkan dahaga minuman tradisional dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena terbuat dari beragam rempah yang mengandung khasiat yang baik, beberapa jenis minuman yang akan dibahas di bawah ini bisa menjadi pilihan.
Teh Talua
Teh talua adalah minuman tradisional dari orang Minangkabau di Sumatra, yang dalam perkembangannya menjadi bagian menu di warung tradisional maupun restoran Padang. Menurut orang Minang dahulu, tidak sembarang orang dapat meminum teh talua. Minuman ini hanya dapat dinikmati oleh bangsawan. Teh talua baru menjadi minuman untuk orang kebanyakan sesudah kebun-kebun teh dibuka di Sumatra Barat, setidaknya pada sepertiga awal abad ke-20.
Saat ini, teh talua populer di daerah barat dan tangah pulau Sumatra tempat orang Minangkabau menjadi mayoritas, yaitu Sumatra Barat serta sebagian Bengkulu, Jambi, Riau, dan Sumatra Utara. Orang-orang percaya teh talua baik untuk kesehatan, terutama untuk laki-laki sebagai penambah stamina. Teh talua juga ditemukan di daerah Indonesia lainnya, seiring banyaknya perantau Minang yang membuka restoran Padang sehingga membuat hidangan tradisional Minang ternama. Di luar daerah asalnya, teh talua tidak lagi disebut dalam bahasa Minangkabau, tapi juga dalam bahasa Indonesia yaitu teh telur atau teh telor.
Bajigur
Bajigur adalah minuman tradisional khas masyarakat Sunda. Bahan utamanya adalah gula aren dan santan. Untuk menambah kenikmatan dicampurkan pula sedikit jahe dan garam. Daun pandan wangi biasanya ditambahkan untuk menambah aromanya, tetapi sekarang lebih sering menggunakan bubuk vanili buatan. Kopi tubruk, kopi yang ditumbuk halus juga kadang menjadi bahan tambahan.
Minuman ini disajikan panas-panas dan dijual melalui gerobak pedagang keliling di desa-desa dan daerah pemukiman. Gerobak penjual biasanya dilengkapi dengan kompor portabel untuk menjaga minuman tetap panas. Bajigur dianggap cocok dikonsumsi di dataran tinggi yang sejuk, atau saat malam dingin serta hujan untuk menghangatkan diri. Minuman ini biasanya disajikan bersama dengan jajanan tradisional seperti pisang kukus, ubi rebus atau kacang rebus.
Sarabba, Minuman Tradisional Masyarakat Bugis
Masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan punya minuman tradisional yang menyegarkan, yaitu sarabba. Minuman yang memadukan gula aren, jahe, santan, dan kuning telur ini sangat cocok dinikmati di sore hari bersama makanan ringan. Tentu tubuh akan merasa hangat setelah minum sarabba. Saraba biasa dipakai sebagai obat saat seseorang terserang flu atau meriang dan dapat pula digunakan sebagai minuman penambah tenaga. Minuman tersebut memiliki rasa mirip dengan minuman bandrek. Minuman tersebut sering ditemui di kawasan Sulawesi seperti Manado, Makassar, Kendari, dan beberapa daerah lainnya.
Bir Pletok
Bir pletok atau Bir Betawi adalah minuman khas masyarakat Betawi yang sudah populer sejak zaman kolonial. Minuman ini dibuat dari bahan godokan 13 macam rempah, yakni jahe, jahe merah, sereh, kunyit, kayu secang, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, biji pala, kapulaga, kembang lawang, serta cengkeh, ditambah gula dan garam.
Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, banyak masyarakat Betawi yang tergoda untuk mencoba meminum bir seperti yang banyak dilakukan oleh bangsa barat. Namun, setelah melihat efeknya yang kurang baik karena membuat orang menjadi mabuk dan selain itu juga melanggar ajaran agama. Karena orang-orang Betawi dikenal sebagai Muslim yang ta'at, maka berapa orang Betawi mencoba meracik bir yang dapat menghangatkan badan, tetapi tidak menyebabkan efek samping mabuk. Akhirnya terciptalah bir pletok yang rasanya nikmat, berkhasiat menghangatkan badan dan memiliki khasiat-khasiat lainnya yang juga menyehatkan tubuh.
Hingga saat ini, lantaran banyak sekali pengrajin yang mampu memproduksi Bir Pletok, maka tak ada yang bisa mengklaim bahwa buatan salah satu pengrajin adalah yang yang asli.
Seiring perkembangan zaman dan perubahan cuaca, tiap pengrajin ada yang menggunakan ke 13 macam rempah tadi, ada juga yang tidak. Bahkan, ada beberapa pengrajin Bir Pletok yang menggunakan cabe arei atau cabe jawa sebagai salah satu bahan baku yang digunakan.
Sementara terkait penggunaan pemanis, ada yang menggunakan gula pasir, gula aren atau madu hutan. Tapi biasanya, agar harga jual bisa dijangkau masyarakat kebanyakan dan ekonomis, biasanya para pengrajin menggunakan gula pasir. Sementara untuk mengejar khasiat, digunakan gula aren atau madu hutan.
Wedang Uwuh
Wedang uwuh adalah minuman dengan bahan-bahan yang berupa dedaunan mirip dengan rempah. Dalam bahasa Jawa, Wedang berarti minuman yang diseduh, sedangkan uwuh berarti sampah.
Wedang uwuh disajikan panas atau hangat memiliki rasa manis dan pedas dengan warna merah cerah dan aroma harum. Rasa pedas karena bahan Jahe, sedangkan warna merah karena adanya Secang. Wedang uwuh ini adalah minuman khas dari Yogyakarta.
Pada awalnya Wedang Uwuh masih dalam bentuk bahan utuh berupa rempah-rempah asli, tetapi seiring perkembangan zaman dan kebutuhan akan kepraktisan, saat ini Wedang Uwuh sudah dikembangkan menjadi dalam bentuk instan, maupun bentuk celup. Seiring perkembangannya, kini Wedang Uwuh bukan hanya menjadi sebuah minuman khas semata. Namun Wedang Uwuh sudah dinobatkan menjadi sebuah warisan tak benda yang memiliki nilai yang begitu besar.
Di Yogyakarta sendiri Wedang Uwuh sangat mudah sekali untuk dijumpai. Mulai dari pasar-pasar Tradisional, Rumah Makan, Kafe, Tempat oleh-oleh, bahkan tak sedikit Hotel-hotel dan penginapan menyediakan Wedang Uwuh untuk jamuan para pengunjungnya. Selain itu Wedang Uwuh juga menjadi salah satu andalan oleh-oleh khas dari Yogyakarta yang selalu dicari oleh para wisatawan saat mereka berkunjung ke Yogyakarta.
Wedang ronde
Wedang ronde adalah salah satu minuman khas Jawa Tengah, Indonesia. Pembuatan wedang ronde terdiri dari kuah jahe yang berisi ronde yang berbentuk bulat-bulat. Wedang jahe merupakan hasil akulturasi dengan Festival Dongzhi di Kota Tangerang yang menyajikan ronde. Penyajian wedang jahe dalam keadaan hangat atau panas pada cuaca dingin atau malam hari. Di Indonesia, Ciri-ciri yang utama adalah berbentuk bola yang berbahan kacang-kacangan dan tepung beras dalam air panas yang terbuat dari jahe. selain di Kota Tangerang, ronde juga disajikan di Kota Salatiga dan Kota Yogyakarta. Wedang ronde memberikan rasa hangat dan menyegarkan serta dapat menyehatkan tubuh.
Komentar
Posting Komentar